Monday 11 March 2013

Tinjaauan Terhadap Keperilakuan ; Dalam Perspektif Akuntansi

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan memiliki judul Tinjaauan Terhadap Keperilakuan ; Dalam Perspektif Akuntansi untuk memenuhi tugas Akuntansi Keperilakuan.

Dalam menyelesaikan laporan ini penulis mengalami banyak hambatan tetapi penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Tanpa bantuan ini penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Semoga makalah ini bemanfaat untuk para pembaca terkhususnya kemajuan pendidikan.

 

 

                                                                                    Kudus,13 Maret 2012

                                                                                                                        

Penulis

 


 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar  Belakang

Beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi terdapat suatu kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif perilaku menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya.

B.     Rumusan Masalah

mengetahui arti penting dari tinjauan terhadap ilmu keperirilakuan : dalam perspektif akuntansi

C.     Maksud dan Tujuan

1.       Menjelaskan mengenai akuntansi adalah tentang manusia

2.       Menjelaskan akuntansi adalah tindakan

3.       Menjelaskan lingkup Akuntansi Keperilakuan

4.       Menjelaskan akuntansi keperilakuan

5.       Menjelaskan lingkup dan sasaran hasil ilmu keperilakuan

6.       Menjelaskan lingkup dan sasaran hasil dari akuntansi keperilakuan

7.       Menjelaskan persamaan dan perbedaan ilmu keprilkauan dan akuntansi keperilakuan

8.       Menjelaskan perspektif berdasarkan perilaku Manusia: Psikologi,Sosiologi, dan Psikologi social

9.       Menjelaskan hal penting dalam perilaku organisasi

 

 

BAB II

PEMBAHSAN

 

A.     Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan terhadap Akuntansi

1.       Akuntansi adalah tentang manusia

Berdasrkan permikiran perilaku, manusia dan factor social secara jelas didisain dalam aspek – aspek operasional utama dari seluruh system akuntansi.

            Dari pengalaman dan praktik banyak manajer dan akuntan telah memperoleh suatu pemahaman yang lebih daris ekedar aspek manusia dalam tugas mereka. Bagaimanapun harus diakui bahwa banyak sistem akuntansi masih dihadapkan pada berbagai kesulitan manusia yang tidak terhitung, bahkan penggunaan dan penerimaan seluruh sistem akuntansi terkadang dapat menjadi meragukan. Pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan dilakukan atas dasar sudut pandang hasil laporan mereka dan bukan atas dasar kontribusi mereka yang lebih luas terhadap efektivitas organisasi. Sebagian prosedur saat ini juga dapat menimbulkan pembatasan yang tidak diinginkan terhadap inisiatif manajerial. Prosedur dapat menjadi tujuan akhir itu sendiri jika semata-mata dibandingkan dengan teknik organisasi yang lebih luas.

2.       Akuntansi adalah tindakan

Dalam organisasi, semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi tanggung jawab dan rasa tanggung jawab anggota terhadap pencapaian tujuan. Rasa tanggung jawab tersebut pada sebagian organisasi dihargai dalam bentuk penghargaan tertentu. Dalam organisasi, masing-masing mempunyai tujuan dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Kesadaran dapat terwujud manakala mematuhi ketetapan dalam anggaran. Pencapaian tujuan dalam bentuk kuantitaf juga merupakan salah satu bentuk tanggung jwab anggota organisasi dalam memenuhi keinginan untuk mencapai tujuan dan sasaran informasi.

 

B.     Dimensi Akuntansi Keperilakuan

Para akuntan dan manajer professional menyadari kebutuhan akan tambahan informasi ekonomi yang dihasikan system akuntasi. Oleh karena, itu informasi ditambah tidak hanya melamporkan data – data keuangan tetapi data – data non keuangan yang terkait dalam proses pengambilan keputusan. Sehingga para akuntan wajar memasukan dimensi – dimensi keprilakuan dari berbagai pihak yang terkait dengan informasi yang dihasilkan oleh sisitem

1.       Lingkup akuntansi keperilakuan

Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi. Ruamg lingkup akuntansi keperilakuan sangat lus, yang meliputi antara lain:

a.       Aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap disain kontruksi system akuntansi

b.       Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi

c.       Cara dengan mana informasi diproses untuk membantu pengambilan keputusan

d.       Pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengkomunikasikan perilaku perilaku para pemakai data

e.       Pengembangan strategi untuk motivasi dan mempengaruhi perilaku, cita – cita serta tujuan dari orang – orang  yang menjalankan organisasi pemakian data

Lingkup dari akuntasi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar :

a.       Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, kontruksi, dan penggunaan system akuntansi

b.       Pengaruh system akunatnsi terhadap perilaku manusia

c.       Metode untuk memprediksi dan strategi unuk mengubah perilaku manusia

2.       Akuntnsi keperilakuan : perluasan logis peran akuntansi tradisional

Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan akuntansi akan dapat menjadi lebih baik jika laporan tersebut banyak mengandung informasi yang relevan. Akuntan mengakui adanya fakta ini melalui prinsip akuntansi yang dikenal dengan penggungkapan penuh ( full disclouser). Prinsip ini memelukan penjelasan yang tidak hanya berfusi sebagai pengganti an penambahan informasi gyna mendukung laoran data perusahaan. Tetapi juga sebagai laporan menjelaskan kritik terhadap kejadian – kejadian non keuangan. Informasi tambahan dilaporkan abik dalam sebuah kerangaka laaporan keuangan atau dalam cacatan laoran keuangan sehingga diperlukan suatu msukan informasi keprilakuan guna melengkapi data keuangan dan data lain yang akan dilaporkan.

C.     Lingkup dan Sasaran Hasil Ilmu Keperilakuan

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi (Siegel, G. et all. 1989)

Istilah ilmu keprilakuan adalah penemuan yang relative baru. Ilmu keprilakuan mencangkup biang riset manapun yang mempelajrinya baik melalui metode obsevasi maupun esperimentasi, perilaku manusia dalam lingkunan fisik maupun manual

Ilmu keperilakuan adalah bagian dari ilmu social manusia. I;mu dsosial meliputi disiplin ilmu antropologi, sosiologi, ekonomi, sejarah, politik, psikologi.

D.     Lingkup dan Sasaran hasil dari akuntansi Keperilakuan

Pada masa lalu, para akuntan semata-mata fokus pada pengukuran pendapatan dan biaya yang mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksi masa depan. Mereka mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan mempengaruhi perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian secara penuh dari suatu organisasi harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang saling berhubungan dalam organisasi.

 

 

E.      Persamaan dan Perbedaan Ilmu kerilakuan dan Akuntansi Keperilakuan

Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia. Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntasi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi untuk menilai dan memecahkan permasalahan organisasi.

Ilmu keprilakuan merupakan bagian dari ilmu social, akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan p[engetahuan keprilakuan. Akuntansi keprilakuan diterapkan dengan praktis menggunakan riset ilmu keprilakuan untuk menunjukkan dan memperediksi perilaku manusia.

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi (Siegel, G. et all. 1989), istilah sistem akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang luas yang meliputi keseluruhan desain alat pengendalian manajemen yang meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi pertanggung jawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta pelaporan keuangan. Secara lebih rinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi :

1.       Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap desain, konstruksi dan penggunaan sistem akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan, yang berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain orgaisasi

2.       Mempelajari pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi motivasi, produktifitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.

3.       untuk memprediksi perilaku manusia dan strategi untuk mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk mempegaruhi perilaku.

Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (Behavioral Science), teori-teori akuntansi keperilakuan di kembangkan dari penelitian empiris atas perilaku manusia di organisasi. Dengan demikian, peranan penelitian dalam pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi. Ruang lingkup penelitian di bidang akuntansi keperilakuan sangat luas sekal, tidak hanya meliputi bidanga akuntansi manajemen saja, tetapi juga menyangkut penelitian dalam bidang etika, auditing (pemeriksaan akuntan), sistem informasi akuntansi bahkan juga akuntansi keuangan.

F.      Perspektif Berdasarkan perilaku manusia : Psikologi, Sosialogi dan Psikologi Sosial

Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik dengan bagaimana cara individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-orang ketika mereka bereaksi terhadap stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu organisasi. Psikologi, merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dan kadang mengubah perilaku manusia. Para psikolog memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku individual. Mereka yang telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan tentang perilaku organisasional teoritikus pembelajaran, teoritikus keperibadian, psikologi konseling dan psikologi industri dan organisasi.

Bila psikologi memfokuskan perhatian mereka pada individu, sosiologi mempelajari sistem sosial di mana individu-individu mengisi peran-peran mereka, jadi sosiologi mempelajari orang-orang dalam hubungan dengan manusia-manusia sesamanya. Secara spesifik, sosiolog telah memberikan sumbangan mereka yang terbesar kepada perilaku organisasi melalui studi mereka terhadap perilaku kelompok dalam organisasi, terutama organisasi yang formal dan rumit. Beberapa bidang dalam perilaku organisasi yang menerima masukan yang berharga dari para sosiolog adalah dinamika kelompok, desain tim kerja, budaya organisasi, teknologi organisasi, birokrasi, komunikasi, kekuasaan dan konflik.

Psikologi sosial, adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang-orang dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok. Disamping itu para psikologi sosial memberikan sumbangan yang berarti dalam bidang-bidang pengukuran, pemahaman, dan perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dalam kegiatan dapat memuaskan kebutuhan individu dan proses pengambilan keputusan kelompok. Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia yang berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung memikirkan persoalan kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah pada persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai individu. Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur sosial yang keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di daerah yang dinamakan psikologi sosial. Dengan demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini, demikian pula para sosiolog. Namun karena perbedaan latar belakang maka para psikolog akan menekankan pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar psikologikal - persepsi, kognisi, emosi, dan sejenisnya. Sedangkan para sosiolog akan lebih menekankan pada bagaimana budaya dan struktur sosial mempengaruhi perilaku dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan lalu bagaimana pola perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya dan struktur sosial. Jadi psikologi akan cenderung memusatkan pada atribut dinamis dari seseorang; sedangkan sosiologi akan mengkonsentrasikan pada atribut dan dinamika seseorang, perilaku, interaksi, struktur sosial, dan budaya, sebagai faktor - aktor yang saling mempengaruhi satu sama lainnya

G.     Beberapa Hal Penting Dalam Perilaku Organisasi

Teori perilaku organisasional mencerminkan inti yang ditangani oleh teori – teori tersebut

1.       Teori peran

Susunan atau tanggapan perilaku yang kita harapkan dan kehendki ditunjukkan sebagai peranan social. Peranan dpat digambarkan secara sederhana sebagai bagian dari orang – orang yang berinteraksi satu dengan yang lain

Peranan social menggambarkan hak atau kebenaran, tugas – tugas, kewajiban dan perilaku yang sesuai dengan orang – orang yang memegang posisi tertentu dalam konteks social tertentu.

Peranan merupakan komponen perilaku nyata yang disebut norma. Norma – norma adalah harapan dan kebutuhan perilaku yang sesuai untuk suatu peranan tertentu. Tiap – tiap peran berhubungan dengan suatu identitas yang menggambarkan individu dalam hal bagaimana mereka bertindak dalam suatu kondisi khusus.

2.       Struktur Sosial

System masyarakat social merupakan perhatian utama bagi para akuntan keprilakuan organisasi bisnis atau masyarakat bisnis. Didalam system social masih ada sub system dan kelompok manusia yang saling berhubungan dan menarik perhatian para akuntan keprilakuan.

3.       Budaya

Budaya telah didefinisikan dengan berbagai cara, namaun sapai sekarang belum dapat didefinisikan secara pasti. Budaya merupakan norma – norma dan nilai – nilai yang dpat mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima di lingkungan tersebut. Budaya dipecah menjadi tiga factor:

a.       Struktual. Ditentukan oleh ukuran – ukuran seperti umur dan sejarah perusahaan tempat operasi serta lokasi geografis dalam satu jenis industry

b.       Factor politis. Ditentukan oleh distribusi kekuasaaan dan cara pengambilan keputusan manajerial

c.       Factor emosional. Merupakan pemikiran kolektif, sikap, kebiasaan, perasaan, dan pola – pola perilaku

4.       Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi merupakan tingkat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan – tujuannya, serta berniat mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu.

Steers (Kuntjoro, 2002) mengemukakan terdapat tiga aspek utama dari komitmen organisasi yaitu :

a.       Identifikasi, Identifikasi merupakan bentuk kepercayaan pegawai terhadap organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para pegawai atau dengan kata lain organisasi memasukkan pula kebutuhan dan keinginan pegawai dalam tujuan organisasinya. Hal ini akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para pegawai dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebut akan membawa pegawai dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena pegawai menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula.

b.       Keterlibatan, Keterlibatan atau partisipasi pegawai dalam aktivitas-aktivitas kerja, penting untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan pegawai menyebabkan mereka akan mau dan senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesame teman kerja. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memancing keterlibatan pegawai adalah keikut sertaan pegawai dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan sehingga menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan bersama

c.       Loyalitas, Loyalitas pegawai terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun dari organisasi. Kesediaan pegawai untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen pegawai terhadap organisasi tempat pegawai tersebut bekerja.

5.       Konflik Peran

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Puspa dan Riyanto (1999) menyatakan konflik peran merupakan suatu gejala psikologis yang dialami oleh anggota organisasi yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan secara potensial akan menurunkan motivasi kerja.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik peran merupakan suatu gejala psikologis yang dialami oleh anggota organisasi sebagai hasil dari ketidak konsistenan harapan-harapan berbagai pihak atau persepsi adanya ketidakcocokan antara tuntutan peran dengan kebutuhan, nilainilai individu dan tekanan baik yang berasal dari luar individu maupun yang berasal dari orang luar organisasi atau perusahaan.

6.       Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang memerlukan kepercayaan, seperti pengacara, politikus, eksekutif atau direktur suatu perusahaan, memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan.

Suatu konflik kepentingan dapat timbul bahkan jika hal tersebut tidak menimbulkan tindakan yang tidak etis atau tidak pantas. Suatu konflik kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau suatu profesi.

Menurut prinsip manajemen yang dikemukakan oleh Henry Fayol (1914), kepentingan pribadi atau kelompok harus tunduk kepada kepentingan organisasi secara keseluruhan. Maka sudah sangat dipahami bila dalam praktek bisnis, demi kepentingan orang yang lebih banyak atau organisasi, manajemen harus memutuskan hubungan kerja dengan seorang atau beberapa orang karyawan, walaupun karyawan tersebut mungkin telah selama puluhan tahun ikut serta dalam mengembangkan dan membesarkan perusahaan. Karena menganut pandangan bahwa urusan pribadi harus dipisahkan dari bisnis serta bahwa kepentingan perusahaan harus lebih didahulukan daripada pribadi, maka banyak eksekutif yang sukses dalam memimpin dan mengatur perusahaan, tetapi gagal dalam memimpin dan mengatur keluarga.

 

7.       Pemberdayaan karyawan

Perberdayaan karyawan berarti penciptaan sebuah lingkungan di mana karyawan memiliki wewenang yang lebih untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan konsekuensi mereka bertanggungjawab atas hasil penciptaan sebuah lingkungan karyawan dimana karyawan memiliki wewenang yang lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan konsekuensi mereka bertanggungjawab atas hasil pekerjaan tersebut.

Mas’ud (2002) menuliskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong organisasi dalam melaksanakan pemberdayan. Beberapa di antaranya adalah tuntutan pelanggan yang semakin tinggi terhadap kualitas produk maupun layanan, jaminan keamanan, perlindungan konsumen, persaingan dalam efisiensi dan inovasi produk, penggunaan teknologi baru yang canggih, peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Apabila organisasi melaksanakan pemberdayaan karyawan, maka berarti bahwa karyawan tersebut diperlakukan sesuai denga teori Y, artinya pimpinan organisasi tersebut menganut paham atau cara pandang bahwa karyawan di perusahaan tersebut adalah karyawan yang mempunyai kaeakteristik yang pada umumnya positif.

Akan tetapi dalam kenyataannya, terdapat banyak pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pemberdayaan dan bagaimana cara untuk melakukan pemberdayaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya defenisi atau pengertian yang diberikan oleh para alhi di berbagai literatur.

Namun, terdapat kesamaan dalam hal maksud dilakukannya pemberdayaan dalam organisasi, yaitu antara lain untuk:

a.       Meningkatkan motivasi guna mengurangi kesalahan dan mendorong karyawan untuk bertanggung jawab terhadap tindakannya.

b.       Meningkatkan dan mengembangkan kreativitas dan inovasi

c.       Mendorong peningkatan kualitas produk dan jasa.

d.       Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mendekatkan karyawan terhadap pelanggan, sehingga karyawan dapat melayani dengan lebih baik.

e.       Meningkatkan kesetiaan pada saat yang sama mengurangi tingkat kemangkiran

f.        Mendorong kerja sama yang lebih baik dengan sesama rekan kerja dalam meningkatkan pengawasan dan produktivitas.

g.       Mengurangi tugas pengawasan (pengendalian) dari manajemen menengah dalam pekerjaan operasional sehari-hari, sehingga para manajer lebih mempunyai waktu dan perhatian terhadap masalah-masalah yang lebih besar.

h.       Menyiapkan karyawan untuk berkembang dan menghadapi perubahan dan tuntutan persaingan.

i.         Meningkatkan daya saing bisnis.

Untuk melaksanakan pemberdayaan tersebut, biasanya organisasi kemudian menyususun dan menentukan visi serta misi organisasi. Disampingi itu, perusahaan melaksanakan pula rencana strategis dan berbagai macam pelatihan yang berkaitan dengan pemberdayaan karyawan, seperti : membangun kerja sama tim, pemberdayaan kepemimpinan dan motivasi, kepekaan emosional di tempat kerja, peningkatan kualitas terus-menerus, pelatihan ketrampilan khusus yang berkaitan dengan pekerjaan dan lain sebagainya.






 

 

 

 

 


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.       Ilmu penetahuan keperilakuan mempunyai kaitan dengan menjelaskan dan memperediksi menenai keprilakuan manusia

2.       Akuntansi keprilakuan menghubungkan antara keprilakuan manausia dan akuntansi

3.       Ilmu keprilakuan merupakan bagian dari ilmu social

4.       Akuntansi ilmu keprilakuan merupakan bagaian dari ilmu akuntansi dan penetahuan keprilakuan

5.       Akuntansi keprilakuan praktis digunakan dalam dan diterapkan dengan menggunakan riset ilmu keprilakuan untuk menjelaskan dan memperediksi perilaku manusia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ishak, Muhammad, Arfan Ikhsan. 2005.Akuntansi Keprilakuan.Jakarta:Salemba Empat











 

 

 

 

 




 :

 



 

 




Powered By Blogger